11 Maret 2008

BANGKA BELITUNG KELEBIHAN KUOTA 36 JUTA LITER

Sumber : Survei BBMWATCH Research Indonesia 2006

DATA dan FAKTA
+ Audit harus dilakukan dengan pendekatan perhitungan terhadap konsumsi dari sisi permintaan (demand side)
+ Kuota volume BBM Transportasi yang berpotensi lebih mencapai 35-69 Juta Liter dalam setahun.
+ Dengan pemotongan ini maka uang negara yang berpotensi untuk dihemat mencapai Rp. 57-114 Miliar dalam setahun.

Salah satu langkah audit kuota volume BBM yang telah dilakukan Pertamina saat ini adalah dengan mem-verifikasi lembaga penyalur BBM yang ada. Kegiatan yang dilakukan Pertamina UPMS 2 ini pada akhirnya menghasilkan sejumlah rekomendasi berupa penyusunan Re-alokasi BBM bagi lembaga Penyalur yang lebih rasional. Bagaimana kegiatan tersebut dilakukan?

Kegiatan ”audit” ini dilakukan dalam 2 (dua) tahap. Tahap pertama adalah terhadap alokasi BBM untuk lembaga penyalur Stasiun Pengisian Bahan Bakar Bungker (SPBB). Kegiatan ini sudah berlangsung tahun yang lalu dan berhasil menghemat dana subsidi negara hingga miliaran rupiah.

Saat ini tengah berlangsung kegiatan kedua yang dilakukan adalah terhadap semua SPBU yang ada di 5 (lima) propinsi yaitu Sumsel, Lampung, Bangka-Belitung, Bengkulu, dan Jambi.

Boleh dibilang terobosan ini cukup inovatif sekaligus berani. Inovatif karena dilakukan dengan pendekatan ilmiah dengan melibatkan lembaga independen. Berani karena dari sini Pertamina akan melakukan rasionalisasi alokasi SPBU secara signifikan tanpa pandang bulu siapa pemilik SPBU karena Pertamina hanya akan mengacu pada data observasi di lapangan.

Dilihat dari posisi Pertamina sebagai persero, kegiatan ini juga lebih pada upaya untuk meningkatkan kinerja (performance) SPBU di daerah yang umumnya jauh dari standar Pertamina. Tentu karena saat ini Pertamina sedang giat-giatnya berbenah mempersiapkan diri dalam persaingan dengan perusahaan asing/ swasta lain. Sedangkan jika dilihat dari kepentingan yang lebih luas lagi, maka kegiatan ini jelas sangat menguntungkan negara.

Bangka Belitung

Dengan adanya kegiatan ini disamping bisa diperoleh beberapa masukan seputar kinerja (Performance) semua SPBU yang ada di wilayah Unit Pemasaran Pertamina, juga dapat mengukur seberapa besar potensi suatu SPBU melalui perhitungan debit kendaraan yang masuk dan lewat SPBU.
Nah, dari perhitungan debit kendaraan inilah kami bisa merekomendasikan seberapa besar alokasi optimal dan rasional untuk sebuah SPBU, bahkan dalam cakupan yang lebih luas dapat digunakan untuk me-rasionalisasi kuota volume BBM suatu Provinsi di wilayah distribusi niaga Unit Pemasaran Pertamina.

Melalui perhitungan debit kendaraan yang masuk dan lewat SPBU inilah bisa diperoleh berapa estimasi jumlah konsumsi BBM di SPBU dari sisi permintaan (demand side). Selama ini data yang digunakan untuk penyusunan kuota oleh Pemerintah selalu berdasarkan data dari sisi pasokan semata (supply side) sehingga akurasinya sangat bias.
Dari hasil analisis terhadap data observasi di lapangan, diperoleh beberapa temuan yang cukup siginifikan. Salah satunya terhadap kuota volume BBM sektor transportasi yang didistribusikan melalui SPBU yang ada di Provinsi Bangka Belitung.

Dari 5 (lima) propinsi wilayah distribusi niaga UPMS II, hanya Provinsi Bangka Belitung yang menunjukkan gejala mis-alokasi cukup signifikan. Sedangkan untuk 4 (empat) provinsi lainnya kalaupun ada kelebihan kuota alokasi masih tidak terlalu signifikan. Pertamina hanya perlu melakukan pengaturan alokasi antar SPBU saja.

Hasil survey menunjukkan volume penjualan semua SPBU yang ada di Bangka Belitung saat ini mencapai 383 KL untuk Premium dan 361 KL untuk solar. Angka ini bisa saja berbeda dengan data Pertamina, karena data ini diperoleh langsung dari SPBU sebagai objek survey pemasok.

Setelah melakukan observasi terhadap tingkat kebutuhan/ konsumsi kendaraan bermotor yang membeli di SPBU dengan mempertimbangkan juga tingkat penjualan SPBU sebagai variabel penyanggah (buffer) maka diperoleh alokasi optimal-rasional untuk seluruh SPBU di Provinsi Bangka Belitung sebesar 313 KL untuk Premium dan 335 KL untuk Solar atau kelebihan sekitar 18% untuk Premium dan 7% untuk Solar.

Namun sistem perhitungan diatas belum murni menggunakan data permintaan karena masih dikombinasikan dengan data penjualan SPBU. Jika kemudian perhitungan kuota volume murni hanya dari debit kendaraan yang membeli BBM di SPBU, maka diperoleh angka kelebihan hingga 36% untuk Premium dan 14,5% untuk solar.

Jika diamati, hampir semua SPBU yang ada di Provinsi Bangka Belitung ini hanya buka untuk berjualan hingga tengah hari saja. Selanjutnya SPBU-SPBU ini lebih sering tutup. Belum lagi jsecara kasat mata terlihat bahwa SPBU-SPBU ini lebih banyak melayani pembelian dengan jerigen (diduga untuk kegiatan tambang inkonvesional timah).

Tahun lalu langkah serupa berhasil dilakukan Pertamina UPMS II dengan melakukan pemontongan terhadap alokasi hampir pada semua SPBB yang ada di perairan Sumsel dan Jambi. Kini, dengan adanya dasar kajian yang ilmiah dan independen, maka semestinya hal yang sama bisa kembali diterapkan, bahkan secara nasional.*** (BBMWATCH Research)

Tidak ada komentar: