14 Maret 2008

RESUME BERITA INTERNASIONAL 14 MARET 2008

SPBU kembali membuat ulah
Sumber : Baltimore Sun – 13 Maret 2008

Legisatif negara bagian Maryland tengah mempertimbangkan mengeluarkan undang-undang pelarangan harga bahan bakar berdasarkan zona (zone pricing). Dengan undang-undang ini para wholesaler bahan bakar boleh membebankan harga yang lebih tinggi kepada sejumlah SPBU dibandingkan SPBU yang lain. Tentu saja para retailer atau pemilik SPBU menolak praktek semacam ini dan legislatif khawatir jika praktek ini adalah tidak adil. Namun jika legislatif melakukan voting melarang praktek zone pricing ini maka konsumen tidak akan membayar bahan bakar dengan harga tinggi karena SPBU harga murah tidak diperbolehkan membebani konsumen dengan harga yang lebih mahal.

Wholesaler membebankan biaya yang tinggi kepada SPBU harga mahal karena mereka menjualnya kepada konsumen dengan harga yang mahal pula. Seperti umunya pengusaha, retailer/SPBU harga mahal hanya menghadapi sedikit pesaing dan jarak dengan SPBU harga murah cukup jauh sehingga jika mereka menaikkan harga jual BBMnya maka keuntungannya akan semakin besar.

Wholesaler telah lama menemukan praktek retailer semacam ini dan mempraktekan zone pricing sehingga mereka bisa sedikit merealisasikan tindakannya. Namun yang mengherankan adalah bahwa zone pricing tidak menaikkan harga bahan bakar bagi konsumen karena retailer telah membebankan biaya sesuai kemampuan pasar. Sebagai gantinya, retailer diharuskan membagi kelebihan keuntungan dengan wholesaler. Tentu saja para retailer menginginkan kota Annapolis tidak mengeluarkan undang-undang zone pricing ini sehingga mereka bisa tetap mendapatkan keuntungan lebih.

Mengapa kota Annapolis seharusnya tidak mengabulkan permohonan retailer ini ? Jika SPBU harga mahal membebankan harga yang sama dengan atau tanpa zone pricing, apakah keuntungan lebih akan tetap berada di tangan pengusaha retailer lokal ataukah beralih kepada wholesaler ? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertimbangkan apa yang akan terjadi jika undang-undang itu dikeluarkan dan wholesaler disyaratkan memberlakukan harga yang sama diseluruh wilayah suatu negara bagian (semacam Harga Eceran Tertinggi Negara Bagian yang diberikan wholesaler kepada retailer).

Saat ini wholesaler membebankan biaya yang lebih tinggi kepada sejumlah SPBU namun biaya yang lebih rendah kepada SPBU lain terutama SPBU di area yang penuh persaingan dengan margin keuntungan kecil. Wholesaler melakukan hal ini karena jika mereka membebankan biaya yang tinggi maka keuntungan retailer/SPBU yang memang sudah kecil akan hilang dan harga jual BBM kepada konsumen tidak akan mampu menutup biaya SPBU. Sehingga wholesaler membebankan harga yang rendah agar SPBU bisa tetap menjalankan usahanya dan mendapat keuntungan yang wajar.

Jika wholesaler memberlakukan satu harga yang sama di seluruh wilayah negara bagian maka pastinya mereka akan menetapkan harga yang tinggi dari harga rendah yang berlaku sekarang karena mereka harus memperoleh pendapatan dari keuntungan lebih yang dihasilkan SPBU harga mahal juga menutup biaya dari SPBU yang keuntungannya kecil. Adalah masuk akal jika wholesaler saat ini membebankan harga yang tinggi kepada sejumlah SPBU dan harga rendah untuk SPBU yang lain atau dengan pilihan lain adalah dengan membebankan satu harga namun bisa memfasilitasi perbedaan harga jual di dua jenis SPBU tersebut. Karena biaya wholesale akan terus naik maka SPBU harga murah harus menaikkan harga jual BBMnya akan sesuai dengan undang-undang.

Mungkin ini adalah adil jika konsumen sebagai sebuah kelompok akan membayar lebih mahal untuk bahan bakar namun sejumlah pemilik SPBU tetap mendapat keuntungan lebih. Namun sebelum konsumen membeli harga bahan bakar yang lebih mahal, perlu diketahui bahwa legislatif negara bagian Maryland telah memberi benefit kepada retailer bahan bakar sesuai dengan biaya yang mereka keluarkan.

****

Bersusah payah mendapatkan harga bahan bakar US$ 3.11/galon
Sumber : Courier Press – 13 Maret 2008

Pengendara mengantre untuk mendapatkan bahan bakar murah di SPBU Swifty di Green River Road dan Theatre Drive di Evansville setelah harga BBM di 3 Negara Bagian (Indiana, Michigan, Illinois) naik lebih dari 20 sen per galon pada Rabu lalu. Pengelola SPBU Swifty juga mulai menaikkan harga saat pengendara berebut menginginkan harga US$ 3.11/galon.

Orang tersibuk di Evansville pada Rabu lalu pastinya adalah Antonio Wright, pengunjung pertama SPBU Swifty berusaha mengisi tanki kendaraannya secara terburu-buru untuk mendapatkan harga US$ 3.11/galon sebelum munculnya antrean. “Diperlukan koordinasi dan waktu yang tepat atau kau bisa mendapat kesulitan,” kata pria yang berumur 34 tahun ini.

****

Harga bahan bakar di Miami Valley mencapai level tertinggi
Sumber : WHIO TV – 13 Maret 2008

Dayton, Ohio :
Harga bahan bakar mencapai record tertinggi hari Selasa lalu di Miami Valley dan di seluruh AS. Kebanyakan orang melihat kenaikan ini di jalan menuju tempat aktifitasnya pada Selasa pagi dan mereka merasa ini adalah sebuah hambatan finansial. Hari Selasa harga minyak mencapai US$ 109/barel namun bulan Januari lalu hanya mencapai US$ 87/barel.

Sejumlah analis mengatakan bahwa naiknya harga minyak diperkirakan akan mendorong harga bahan bakar terus naik dalam hari-hari ke depan. Salah seorang pengendara motor berkata, “Adalah luar biasa saat harga bahan bakar bisa naik hingga 20 sen. Tampaknya bisa mencapai harga US$ 4/galon dalam bulan-bulan ke depan.”

Juru bicara gaspricewatch.com mengatakan bahwa harga bahan bakar di Indiana, Michigan, dan Illinois mencapai US$ 3.45/galon pada akhir Selasa lalu. Gedung Putih mengatakan bahwa kenaikan harga minyak yang tajam tidak akan terjadi dalam semalam dan ini menjadi sesuatu yang harus ditangani. Saat ini mengisi bahan bakar di SPBU BP, Shell, Mobile atau Speedway begitu menguras isi dompet. Menurut sejumlah analis lokal, harga bahan bakar per galon akan terus naik.

Tidak ada komentar: